Tugas Observasi SMK Tritech Informatika


Nama Observer
Anisah Gayatri (10-072) 
Kelas yang di obeservasi
3MMV 
Mata Pelajaran dan Guru yang Mengajar
Autoefek oleh Pak Pakpahan 
Waktu Observasi
11:49-12:20 ( sekitar 31 menit) 
Jumlah Siswa di Kelas
21 Orang 
Media Pembelajaran yang digunakan Guru
Laptop, TV LCD untuk menampilkan slide.
Media yang digunakan Siswa
Ada 2 orang yang membawa laptop dan yang lain            hanya mendengar penjelasan guru
Situasi Fisik
Kelas bercat putih berukuran kira-kira 6x6. Kelas sendiri dilengkapi dengan LCD TV sekitar 32 Inch yang diletakan di bagian atas white board. Didalam kelas sendiri ada 1 buah white board, streoform berwarna, 1 buah AC. 1 buah kipas, 1 buah meja guru. Meja yang digunakan adalah meja persegi panjang yang dapat digunakan oleh 2 siswa. Kelas ini sendiri terletak di lantai 2. Kelasnya juga dikelilingi beton tidak seperti ruang kelas di bawah yang satu sisinya terbuat dari kaca.
Alat Observasi
Pena, Kertas, Hp 

HASIL OBSERVASI 

Pada saat itu sudah dekat ujian, jadi guru yang mengajar dikelas kami observasi sedang memberikan kisi-kisi ujian. Kisi-kisinya berupa pertanyaan yang ditampilkan kelayar LCD yang berada di atas papan tulis di depan kelas. Guru kemudian menanyakan kepada murid apa jawaban dari soal yang ditampilkan. Selama proses diskusi terjadi kelas, proses ini tidak berlangsung efektif karena hanya beberapa murid yang memperhatikan apa yang didiskusikan, kebanyakan sibuk dengan urusannya sendiri. Ada yag main HP, dengar MP3, baca novel, permisi tanpa izin, dan berbincang-bincang dengan teman disekitarnya. 

Pada akhirnya pemberian soal dihentikan dan bapak Pakpahan mulai megajarkan membuat video dan salah satu muridnya maju sambil membawa laptopnya dan duduk disamping pak Pakpahan untuk mendapat pengarahan secara langsung. Sedangkan saya lihat disini tidak semua anak yang membawa laptop, hanya 2 orang. Dan ketika pak pakpahan mengajar anak yang duduk disampingnya, anak yang lain tidak diperhatikan. Setelah itu waktu megobservasi kami selesai dan kami permisi keluar ruangan. 

Menurut saya SMK ini sudah memiliki fasilitas yang lengkap dan kelas yang nyaman untuk belajar sehingga membuat proses belajar menjadi efektif. Namun satu-satunya yang kurang adalah kedisplinan. 

ANALISIS 

Berdasarkan data yang saya dapatkan saya akan mencoba menganalisanya dengan teori Gagne yaitu tabel 5.8 hal 203 buku learning and instruction 

KONDISI BELAJAR EKSTERNAL YANG UNIK UNTUK LIMA RAGAM 

1. INFORMASI VERBAL : Mengaitkan materi baru dengan kerangka informasi pemelajar. Yaitu dengan cara isi pengetahuan disajiakan sehingga dapat dipelajari sepotong potong. Trasfer belajar yang dilakukan adalah petunjuk untuk retrieval dan generalisasi. Pada saat mengobservasi saya menemukan hal ini dilakukan oleh guru yang mengajar. Kebetulan pada saat itu sedang mengajarkan kisi-kisi ujian. Jadi diberikan pertanyaan-pertanyan yang merupakan ringkasan dari pelajaran yang diberikan selama ini, jadi pengajar memberikan pelajaran agar dipelajari sepotong potong. Pemberian kisi-kisi berupa soal rangkuman semua materi juga merupakan alat untuk retrival informasi pelajaran. 

2. KETERAMPILAN INTELEKTUAL : Hal ini dilatih dengan memberikan contoh-contoh kongkret. Pada saat observasi pak pakpahan mencoba mengajarkan membuat video dengan cara menujukan step by step dengan anak yang duduk disampingnya dan itu adalah contoh kongkret. 

3. STRATEGI KOGNITIF : Memunculkan ingatan keterampilan intelektual yang dibutuhkan yaitu dengan cara memberikan masalah yang belum diakrabi. Pemberian soal-soal kisi-berupa hitungan yang belum pernah dikerjakan merupakan salah satu contoh pemberian masalah yang belum diakrabi. 

4. KETRAMPILAN MOTORIK : Menunjukan kinerja ketrampilan yang akan dipelajari. Menstimulasi ingatan sebagai ketrampilan jika diperlukan. Soal kisi-kisi merupakan cues yang dapat menstimulasi ingatan. 

5. SIKAP : Pembelajar tidak secara langsung diberi informasi tentang tujuan dan pastikan agar pembelajar menghargai model. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan reward bagi siswa yang berkelakuan positif. Hal ini saya temukan dimana guru akan merespon anak yang peduli dengan apa yang diajarkannya.

DOKUMENTASI




TESTIMONI 

Sebenarnya ini pengalaman pertama saya mengobservasi SMK, dulunya cuma pernah TK. Yang saya lihat SMK ini sebenarnya memiliki fasilitas yang lumayan lengkap dan baik. Namun sayangnya kurang disiplin. Saya sendiri senang dengan pengalaman ini, karena ini hal yang baru buat saya. Namun sayangnya observasi dilakukan di Siang hari dimana menjadi kurang efektif karena kami yang mengobservasi sudah lelah dan yang diobservasi pun sudah tidak semangat lagi belajar, jadi baiknya dilakukan di pagi hari.

ANALISIS PERMASALAHAN YANG TERJADI


Bagi saya alasan tidak mengkomen adalah karena apa yang ingin saya ungkapkan sudah diungkapkan oleh yang lain, yaitu soal masalah waktu kepergian dan juga masalah uas yang tidak boleh jawaban yang sama. Selain itu karena melihat tidak banyak yang mengkomen saya juga terbawa untuk tidak mengkomen. Mungkin hal lain yang menjadi faktor bagi saya adalah banyaknya tugas yang menumpuk yang harus diselesaikan membuat pikiran saya teralihkan untuk mengerjakan tugas yang lain. Bu, maaf atas kelalaian saya bu J

Pembahasan dengan teori Bandura
Dalam teori kognitif sosial Bandura dikenal komponen belajar yaitu modeling.  Modeling itu sendiri adalah sebuah model yang terdiri dari serangkaian stimulus yang dapat diserap pengamat, pengamat dapat menjalankannya berdasarkan pokok informasi. Ada 2 macam model yaitu model nyata dan model simbolik. Model nyata antara lain anggota keluarga, kawan rekan kerja, dan orang lain yang berhubungan langsung dengan individu. Model simbolik sebaiknya adalah gambaran reprensetatif prilaku. Di antaranya adalah telivisi film yang menggambarkan lingkungan dan situaasi dimana anak, remaja atau orang dewasa tidak berhubungan langsung dengan situasi tersebut. Modeling yang saya lakukan dan mungkin dilakukan teman-teman adalah modeling nyata dimana kami tidak merespon stimulus yang ibu berikan karena kami menjadikan teman yang lain yang tidak merespon postingan  sebagai model, sehingga prilaku kami pun menjadi tidak merespon post Ibu.

Pembahasan dengan teori Gagne
Gagne sendiri mengeluarkan teori tentang kondisi belajar internal dan eksternal. Kondisi belajar internal misalnya dalam mengembangkan sikap, orang harus mengamati dan memperhatikan semua model yang berprilaku dengan cara tepat. Sedangkan kondisibelajar eksternal adalah dukungan lingkungan misalnya guru yang memberikan contoh pada saat mengajar agar muridnya lebih paham. Dalam kasus ini saya rasa faktor internal adalah : Banyaknya tugas yang harus diselesaikan sehingga pikiran saya terfokus pada hal lain. Sedangkan faktor eksternal adalah apa yang ingin saya ungkapkan sudah diungkap oleh teman yang lain dan melihat banyak yang tidak mengkomen saya pun terbawa untuk tidak mengkomen. Adanya pengaruh internal dan eksternal ini membuat proses belajar gagal ( tidak mengkomen). Menurut saya hal yang saya ungkapkan ini mungkin ada beberapa yang dialami juga oleh teman-teman yang lain.

RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN TEORI KOGNITIF

JUDUL :Frequent Cognitive Activity Compensates for Education Differences in Episodic Memory

PENULIS: Margie E Lanchman, Ph.D., dkk

SUMBER: The American Journal of Geriatric Psychiatry, Jan 2010.    

Perbedaan pendidikan adalah sumber dari ketimpangan sosial dan perbedaan dalam keberfungsian kognitif. Orang dengan tingkat pendidikan tinggi ditemukan memiliki keberfungsian kognitif yang lebih baik pada saat dewasa dan kecil kemungkinannya terkena dementia. Efek jangka panjang dari tingkat pendidikan yang tinggi adalah kemungkinan yang lebih besar untuk mengikuti aktivitas kognitif yang menantang.

Berdasarkan penelitian ditemuakan bahwa mengikuti kegiatan kognitif dapat meningkatkan performa kognitif. Selain itu kompleksitas kerja yang tinggi pada saat midlife ditemukan mengurangi kemungkinan dementia. Namun bagi yang berpendidikan rendah jarang yang ingin mengikuti kegiatan kognitif yang menantang. Penelitian ini tertarik untuk melihat orang dengan tingkat pendidikan yang rendah yang sering mengikuti kegiatan yang mengasah kognitif akan menunjukan kemajuan kognitif yang sama dengan orang yang berpendidikan tinggi.

Penelitian telah menemukan aktivasi otak yang berbeda tergantung tipe aktivitas yang mengasah kemampuan kognitif. Contohnya pada saat membaca bagian otak yang mengontrol memory dan pengelihatan yang berfungsi. Dalam penelitian ini aktivitas yang mengasah kognitif yang diteliti adalah membaca, menulis, mendengar ceramah, dan main game kata.

Peneliti memprediksi bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan rendah akan jarang mengikuti kegiatan yang mengasah kemampuan kognitif dan akan memiliki kemampuan episodik memory dan fungsi eksekutif yang rendah. Peneliti juga memprediksi bahwa efek negatif dari pendidikan yang rendah akan berkurang jika sering mengikuti kegiatan yang mengasah kognitif, khususnya yang berhubungan dengan memory.

METODE

Sampel
Sampel adalah orang dewasa yang dirandom dengan menghubungi mereka secara acak. Sampel akhir berjumlah 3640, 297 sampel dieliminasi karena terkena stroke, parkinson dan penyakit neurologis yang lain. Sampel berusia 32-84 tahun dengan persentase wanita 55,4% dan pria 39,4%.Yang tamat s1 atau diatasnya dianggap berpendidikan tinggi, sedangkan yang tidak tamat s1 dianggap berpendidikan rendah.

Independent and Dependent Variables
Pengukuran kognitif didapatkan melalui telepon, dan pengukuran lainnya melalui email.

Frequency of Engaging in Cognitive Activities. Variabel aktivitas kognitif diukur dengan skala likert dengan 6 poin ( sering, sekali sebulan dll) dalam melakukan aktivitas kognitif yaitu membaca buku, majalah atau koran, mendengar ceramah edukasional, dan menulis
Education. Level edukasi dioperasionalisasi dengan jumlah tahun mengikuti sekolah formal.

Cognitive Performance. Peneliti mengukur 2 faktor yaitu memory episodik dan fungsi eksekutif. 7 dimensi kognitif yang penting bagi keberlangsungan hidup orang dewasa diukur dengan Brief Test of Adult Cognition by Telephone. Tes ini termasuk episodik verbal memory, working memory span kefasihan verbal , kecepatan pemrosesan, dan perhatian switching dan kontrol inhibisi .

Covariates
Demographic Variables. Peneliti mengukur usia, sex (-1=pria, 1=wanita), dan pendapatan dalam dollar.

Self-Rated Health. Kesehatan sampel diukur dengan skala 5 poin (1=buruk, 2=sedang,3=bagus, 4=sangat bagus,5= excellent).
Physical Activity. 12 pertanyaan diberikan untuk mengetahui aktivitas berat yang dilakukan seperti mengikuti aerobik berat, berenang yang berat dll dan aktivitas yang tidak terlalu beras seperti bermain tenis yang tidak terlalu sering. Peetanyaan lanjutan yaitu mengenai frekuensi dari aktivitas fisik yang dilakukan tergantung musim dan dalam 3 setting yang berbeda (rumah, berlibur, bekerja) dengan rating (1=never, 2 = less than once a month, 3 = once a month, 4 = several times a month, 5 = once a week, and 6 = several times a week).
RESULTS
Hasilnya adalah orang dengan pendidikan yang tinggi mengikuti kegiatan yang mengasah kognitif lebih sering dan berasosiasi dengan kemampuan memory episodik dan fungsi eksekutif yang lebih baik. Interaksi antara tingkat pendidikan tinggi berasosiasi dengan memory episodik namun tidak pada fungsi eksekutif.
CONCLUSIONS
Peneliti menemukan orang dengan tingat pendidikan rendah memiliki kemampuan kognitif yang buruk dan jarang mengikuti kegiatan yang mengasah kemampuan kognitif. Keikutsertaan dalam kegiatan yang mengasah kognitif yang lebih sering diasosiasikan dengan memory yang lebih baik. Penemuan ini memungkinkan untuk mengurangi perbedaan kognitif pada lansia dengan mengikutsertakan mereka pada kegiatan yang mengasah kognitif seperti membaca, menulis, emndengar ceramah edukasional, bermain permainan kata sekurang-kurangnya seminggu sekali atau lebih.
Kekurangan penelitian ini adalah ada banyak responden yang gugur karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.Untuk mengukur aktivitas kognitif digunakan isntrumen self-report jadi kita tidak tahu yang dirating oleh mereka akurat atau tidak. Data juga berupa cross-sectional jadi belum tentu benar misalnya saja bisa saja orang dengan tingakt pendidikan rendah namun sering mengikuti kegiatan yang mengasah kemampuan kognitif.




TUGAS MID SEMESTER


NAMA KELOMPOK:
Rencana Simulasi Belajar

Berdasarkan teori Skinner terdapat dua jenis penguatan yang diberikan yaitureinforcement dan punishmentReinforcement adalah penguatan yang diberikan untuk mempertahankan perilaku individu, sedangkan punisment adalah hukuman yang diberikan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Dimana dalam reinforcement terdapat dua jenis yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif.

Berdasarkan teori tersebut, maka kami akan membuat suatu simulasi mengenaireinforcement yang akan diterapkan di kelas Psikologi Belajar.

Alat dan Bahan:
-          Laptop
-          Video lucu
-          Reward

Caranya
Akan diberikan kepada mahasiswa mata kuliah Psikologi Belajar berupa stimulus video selama 5 menit dan diakhir penayangan kami akan memberikan 5 pertanyaan kepada mahasiswa mengenai video tersebut. Kemudian kami akan memberikan hadiah kepada mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan.

Pembahasan
Dari rencana tersebut dapat dijelaskan bahwa reinforcement positif sangat efektif untuk diberikan kepada individu agar memunculkan perilaku yang diinginkan, dari rencana tersebut perilaku yang diinginkan adalah menjawab pertanyaan dan reinforcement positifnya ialah hadiah yang akan diberikan kepada mahasiswa.